Dikenal berprofesi sebagai dokter dan akademisi, dr. Lies piawai dan memiliki pengalaman panjang dalam pengelolaan/manajemen rumah sakit termasuk RS pemerintah tipe A sebagai dokter wanita pertama yang diangkat sebagai direktur utama dari RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Cita-cita menjadi dokter sudah tertanam pada dirinya sejak kecil. Saat Sekolah Dasar (SD), selalu menuliskan cita-cita sebagai dokter di buku kecil. Keinginan dan citacitanya ini terinspirasi dari dokter keluarga dr. Lies yang memeriksa dan mengobati dr. Lies pada saat masih anak-anak yang selalu memperlakukan dr. Lies dengan baik, penuh perhatian dan dengan sangat profesional.
Impian menjadi dokter terwujud pada tahun 1981 ketika setelah lulus dari SMA Negeri 3, Setia Budi, Jakarta, dirinya dinyatakan lulus jalur masuk perguruan tinggi bagi calon mahasiswa baru dengan berbagai pilihan jalur seleksi atau SIPENMARU dan diterima sebagai mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Ia merupakan anggota keluarga pertama dan menjadi perintis dalam keluarga besarnya yang melanjutkan pendidikan pada fakultas kedokteran. Pendidikan dan pengalaman sebagai mahasiswa baru fakultas kedokteran dan calon dokter yang diterimanya sejak memulai pendidikan di Salemba.
hingga pengalaman selaku dokter dimanapun dr. Lies bekerja serta penerapan kedisiplinan untuk terus mau belajar telah membentuk karakter dan integritas yang terus ia bawa sepanjang kariernya hingga saat ini.
Pengalaman berharga yang diperolehnya sebagai dokter umum setelah kelulusannya dari FKUI pada tahun 1987 saat memulai pengabdian sebagai pegawai negeri di Kepulauan Riau dimana saat itu keterbatasan fasilitas di daerah terpencil menjadi suatu tantangan besar baginya tidak sedikitpun mengurangi semangatnya dan saat ini menjadi suatu kenangan indah dalam menjalankan profesi sebagai dokter.
“Saya pernah dibayar dengan ikan atau buah-buahan oleh masyarakat setempat, keliling kepulauan naik kapal perintis dan ini mengajarkan saya untuk memahami arti pengabdian sesungguhnya,” ujarnya.
Terus Belajar
Berdasarkan pengalaman kecil yang telah menginspirasinya untuk menjadi dokter, awalnya dr. Lies berkeinginan untuk menjadi dokter spesialis anak.
Namun, ketika ayahnya sakit, ia memutuskan untuk beralih untuk menjadi dokter spesialis jantung/kardiologi agar dapat lebih mengetahui perihal penyakit jantung agar dapat merawat ayahnya.
Setelah menyelesaikan masa pengabdian di Kepulauan Riau, dr. Lies kembali ke Jakarta dan melanjutkan pendidikan spesialis jantung di RS Jantung & Pembuluh darah Harapan Kita dan lulus Pendidikan spesialis jantungnya pada tahun 1995.
Sesuai dengan komitmennya untuk terus belajar demi meningkatkan pelayanan Kesehatan di Indonesia, dr. Lies juga melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan manajemen rumah sakit di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dan memperoleh gelar Magister Administrasi Rumah Sakit (MARS) pada tahun 2013.
Memimpin Rumah Sakit
Setelah menjadi dokter spesialis jantung, dr. Lies mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan subspesialis di Australia. Meski penuh tantangan finansial, ia berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan dukungan dari RS Jantung Harapan Kita.
“Saya belajar hidup hemat yang secara tidak langsung telah mengasah kemampuan memasak saya karena dengan memasak maka saya dapat berhemat di sana”
tambahnya.
Pengalaman menjalankan pendidikan di Australia ini tidak hanya berguna bagi dr. Lies untuk memperdalam keahliannya di bidang kardiologi, tetapi ternyata juga membuka wawasan dr. Lies tentang pentingnya manajemen yang baik dalam sistem pengelolaan rumah sakit.
Pada tahun 2005, dr. Lies mendapatkan kepercayaan diangkat menjadi salah seorang direktur RS Jantung Harapan Kita yang diterimanya sebagai suatu tugas
besar dan tanggung jawab yang diberikan langsung oleh Menteri Kesehatan RI.
“Bersama direksi lainnya, kami diminta Menteri Kesehatan RI saat itu untuk mengubah citra rumah sakit pemerintah agar lebih profesional dan efisien. Ini menjadi pelajaran luar biasa bagi saya,” katanya.
Selama 10 tahun menjadi direktur di RS Jantung Harapan Kita, RS Jantung Harapan Kita telah mengalami transformasi positive, mulai dari Sumber Daya Manusia hingga fasilitas penunjangnya.
Pada tahun 2016, dr. Lies mendapatkan kepercayaan dan ditugaskan oleh Kementerian Kesehatan untuk menjadi Direktur Medik & Keperawatan di RS Kanker Dharmais. Setelah itu dr. Lies mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dengan ditugaskannya dr. Lies oleh Kementerian Kesehatan menjadi Direktur Utama RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk masa jabatan sejak Juni 2018 hingga Agustus 2023.
Pada masa penugasan ini, dunia dan Indonesia sedang menghadapi pandemic COVID-19. Selama lebih dari 5 tahun masa kepemimpinannya, RSCM dapat mengatasi berbagai tantangan besar yang timbul pada saat dan pasca pandemi COVID-19 termasuk keberhasilan untuk menambah jumlah kapasitas ruangan perawatan dan pelayanan yang dibutuhkan pada saat terjadinya pandemi tersebut.
“Pandemi adalah masa roller coaster. Setiap hari adalah perjuangan untuk memastikan pelayanan tetap optimal, meski tekanan luar biasa,” ungkapnya.
Di bawah kepemimpinannya, RSCM tetap menjadi pusat pendidikan dan pelayanan kesehatan nasional yang handal, melayani lebih dari 4.000 pasien
setiap harinya dengan status rumah sakit yang terakreditasi internasional JCI;
menjadi lahan Pendidikan untuk 2000an peserta didik sampai berhasil masuk dalam peringkat 36 besar rumah sakit pendidikan terbaik dunia pada tahun 2021 dan telah mengembangkan berbagai inovasi layanan baru dan pengembangan digitalisasi termasuk telekonsultasi melalui SMART RSCM.
Filosofi dan Dedikasi
Dr. Lies percaya bahwa nilai seorang dokter tidak hanya diukur dari kemampuan teknis, tetapi juga dari dedikasi dan keikhlasan hati untuk melayani pasien. “Sebagai dokter, kita harus menjunjung nilai kemanusiaan, empati, dan pengabdian tanpa batas,” pesannya
Sebagai seorang ibu yang membesarkan anak anaknya sendiri setelah wafatnya suami dari dr. Lies pada tahun 2016, ia juga menekankan pentingnya keseimbangan antara karier dan keluarga.
Meski tantangan besar menghampirinya, ia selalu berusaha memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang profesional dan kepala keluarga.
Perjalanan panjang dan perjuangan dr. Lies telah menginspirasi banyak orang disekitar dan yang mengenalnya. Dari pengabdiannya dan kunjungan ke berbagai pelosok negeri serta memimpin rumah sakit-rumah sakit nasional serta RSCM,
ia membuktikan bahwa keikhlasan, dedikasi dan kerja keras nya telah dapat membawa perubahan besar bagi masyarakat dan dunia pelayanan kesehatan di rumah sakit-rumah sakit yang pernah disentuhnya.
Kini, sebagai tenaga fungsional medis di RSCM, ia terus berusaha memberikan kontribusi bagi dunia kesehatan serta berharap agar pengabdiannya dapat menjadi suatu warisan berharga untuk generasi mendatang.
Sebagai seorang dokter dan pemimpin, ia menekankan pentingnya integritas, kemanusiaan, dan nasionalisme dalam dunia kedokteran. Pendidikan kedokteran tidak hanya harus menghasilkan tenaga medis yang kompeten secara teknis, tetapi juga dokter yang memiliki hati nurani dan keikhlasan untuk melayani masyarakat.
‘’Jadilah dokter yang tidak hanya pintar, tetapi juga manusiawi. Bangunlah Indonesia dengan ilmu dan hati,” jelasnya.
Penuh Tantangan
Menempuh pendidikan kedokteran bukanlah hal yang mudah. Prosesnya panjang, melelahkan, dan membutuhkan banyak pengorbanan. Dr. dr. Lies berbagi pengalamannya mengenai tantangan dan perjuangan menjadi dokter dalam sebuah kesempatan diskusi yang inspiratif. Menurutnya, seorang dokter tidak cukup hanya menguasai teori.
Perlu soft skill dan keterampilan. Harus turun langsung memeriksa pasien. Tidak bisa hanya belajar dari buku. Untuk memahami kasus, pengalaman klinis melalui interaksi dengan pasien untuk bisa mempelajari masalah kesehatan secara menyeluruh.
“Setiap pasien memiliki sistem tubuh yang unik, dan dari situ kita belajar untuk menemukan pola dan mencarikan solusi terbaik,” jelasnya.
Proses belajar ini memakan energi luar biasa. Selain mempelajari teori dan teknik klinik medik, dokter juga harus memahami dampak dari tindakan medis yang diberikan. Efek samping dari sebuah tindakan medis harus diketahui.
Ini semua membutuhkan rasa keingin tahuan yang kuat, bukan hanya untuk menjadi dokter, tetapi untuk tujuan benar-benar menolong orang lain yang sedang sakit.
Perlu diingat perjalanan menjadi seorang dokter tidak lepas dari tantangan finansial, terutama bagi seorang PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis). Seringkali peserta PPDS, belum memiliki stabilitas ekonomi.
Pendapatan mungkin belum mencukupi seluruh kebutuhannya, sementara stres tinggi karena waktu belajar dan waktu jaga pasien sangat menyita. Kebanyakan PPDS adalah keluarga muda yang juga harus mengurus anak.
“Ini adalah ujian mental yang berat, seperti Kawah Candradimuka, kesabaran, keikhlasan dan kepercayaan akan menuai hasil dari proses menghadapi tantangan ini di kemudian harilah yang akan membantu mereka melewatinya” katanya.
Lebih lanjut, menurutnya, seseorang harus memiliki kedekatan dengan Allah sebagai sumber kekuatan spiritual. Terkait dengan permasalahan pengelolaan rumah sakit, dr. Lies menambahkan bahwa kunci mengatasi permasalahan dalam mengelola rumah sakit adalah kolaborasi, sinergi dan harmonisasi dengan berbagai pihak serta berbagai kebijakan yang diterapkan.
Dengan kolaborasi dan sinergi ini, permasalahan dapat diselesaikan secara cepat, efektif dan baik bagi banyak pihak. Ia juga menekankan pentingnya sinergi internal antar tenaga medis , nakes dan non nakes.
Pemanfaatan potensi besar yang ada di masing-masing individu untuk kepentingan bersama harus diutamakan, dan jangan saling menjatuhkan. Bergandengan tangan dan saling mendukung!