Kawasan Ekonomi Khusus Kesehatan Sanur

KEK Kesehatan Awal Baru Wisata Medis Indonesia

Share

Kawasan Sanur, yang selama ini dikenal sebagai destinasi wisata dengan pantai yang tenang dan budaya lokal yang kental, kini bersiap menjalani transformasi besar. Pemerintah menetapkan Sanur sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan pertama di Indonesia. Menjadikannya pusat layanan medis dan kebugaran berstandar internasional. Tak sekadar penambahan fasilitas, KEK Sanur diharapkan menjadi game changer dalam sektor kesehatan nasional dan regional ASEAN.

Setiap tahun, lebih dari 2 juta warga Indonesia memilih berobat ke luar negeri, khususnya ke Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Tren ini bukan hanya soal kualitas layanan, tetapi juga soal kepercayaan dan aksesibilitas. Akibatnya, Indonesia kehilangan devisa hingga Rp 97,5 triliun per tahun, salah satu angka tertinggi di Asia untuk pengeluaran medis keluar negeri.

“Ini bukan hanya soal membangun rumah sakit, tetapi menciptakan ekosistem kesehatan yang menyeluruh, yang bisa menarik warga negara sendiri untuk berobat di dalam negeri, bahkan mengundang pasien mancanegara,” ujar Herdy Harman, Direktur SDM dan Digital InJourney, Holding BUMN yang memimpin proyek ini.

Teknologi Regeneratif
Salah satu proyek unggulan dalam KEK Sanur adalah Fontaine Vitale, fasilitas kesehatan yang mengusung teknologi stem cell alogenik dari plasent, pertama di Asia Tenggara.

Terapi ini dikembangkan dalam fasilitas Current Good Manufacturing Practice (cGMP) yang mendapat persetujuan The U.S. Food and Drug Administration (FDA), penjamin keamanan dan standar internasional.

Fontaine Vitale merupakan hasil kolaborasi antara PT Hotel Indonesia Natour (InJourney Hospitality) dan PT Astana Bangun Sejahtera, perusahaan patungan Genting Berhad Malaysia dan dua korporasi Indonesia.

Mitra strategis lainnya adalah Celularity Inc, perusahaan medis regeneratif dari Amerika Serikat yang membawa teknologi eksklusif dalam pengobatan regeneratif.

Dalam KEK Sanur akan berdiri Bali International Hospital, rumah sakit modern yang dirancang untuk menyamai standar layanan Mayo Clinic, AS. Dengan kapasitas 300 bangsal, 30 tempat tidur ICU, dan 12 ruang operasi,

rumah sakit ini fokus pada penyakit kompleks dengan fasilitas awal seperti Oncology Center, pusat layanan kanker, Medical Check-Up Center, pusat pemeriksaan kesehatan modern Nursing School & Training Center,mencetak tenaga medis lokal.

Arsitektur Rumah Sakit ini memadukan desain modern dengan unsur budaya Bali, menciptakan ruang perawatan yang bukan hanya fungsional, tetapi juga menenangkan.

Dampak Investasi
Transformasi KEK Sanur tak hanya soal kesehatan. Proyek ini dirancang sebagai motor ekonomi baru bagi Bali. Seiring peningkatan jumlah wisatawan medis, permintaan terhadap akomodasi, layanan transportasi, dan produk lokal diprediksi melonjak.

“Sanur akan menjadi epicentrum investasi properti di Bali,” kata Herman Tanggar, agen properti lokal yang memantau lonjakan minat terhadap hunian di sekitar kawasan KEK.

“Nilai tanah sudah naik, dan trennya akan terus meningkat karena potensi pasarnya sangat jelas,” tambahnya.

KEK juga menciptakan ribuan lapangan kerja langsung dan tidak langsung, dari sektor medis hingga hospitality, serta membuka peluang luas bagi UMKM lokal lewat pembangunan Retail Village dan UMKM Center.

Lompatan Besar
Menteri BUMN Erick Thohir menyebut pembangunan kawasan kesehatan Sanur sebagai bagian dari visi besar pemerintah untuk mewujudkan kemandirian layanan kesehatan.

“Selama ini lebih dari 2 juta orang Indonesia berobat ke luar negeri setiap tahun. Potensi devisa kita hilang lebih dari Rp.100 triliun. Dengan Sanur, kita ingin membawa pulang kepercayaan masyarakat dan menciptakan ekosistem layanan kesehatan yang setara dengan Singapura dan Malaysia,” ujarnya.

Erick juga menegaskan pentingnya sinergi antara BUMN, tenaga medis, dan investor untuk menciptakan medical tourism yang kompetitif.

“Sanur adalah simbol lompatan besar, bukan hanya dari sisi infrastruktur, tapi juga dari kualitas layanan dan tata kelola,” tambahnya.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut kawasan Sanur sebagai bagian dari blueprint transformasi sistem kesehatan nasional. Ia menyampaikan, transformasi ini bukan hanya membangun rumah sakit, tetapi mengubah mindset pelayanan, dari reaktif menjadi preventif, dari eksklusif menjadi inklusif.

“Dengan adanya MayovClinic dan Bali International Hospital, kita berharap bisa mulai mentransfer ilmu, meningkatkan kompetensi dokter lokal, dan mempercepat digitalisasi layanan kesehatan. Ini bukan hanya soal wisata medis, tapi juga reformasi mendasar,” jelasnya.

Ia juga menekankan pentingnya menjadikan Sanur sebagai model bagi kota-kota lain yang ingin mengembangkan health tourism, sekaligus membuka akses kesehatan premium bagi masyarakat Indonesia sendiri.

Sangat Potensial
Dr. Devi Alvina, CEO salah satu start-up teknologi kesehatan yang ikut bermitra dalam digitalisasi layanan BIH, menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi pasar kesehatan yang luar biasa besar.

“Bayangkan, lebih dari 60 persen pasien yang ke luar negeri sebenarnya hanya butuh second opinion atau diagnosis awal. Dengan platform telemedis dan sistem informasi yang canggih, semuanya bisa dilakukan di dalam negeri. Khususnya di Sanur yang kini jadi pusat inovasi medis,” ujarnya.

Pelaku industri juga melihat peluang besar dari segmen wisatawan mancanegara yang mencari perawatan medis sambil menikmati suasana tropis Bali.

Sanur Special Economic Zone (SEZ )tidak hanya mengandalkan rumah sakit kelas dunia, tapi juga menawarkan fasilitas lengkap seperti pusat riset kesehatan, pusat kebugaran, layanan spa medis, hingga akomodasi khusus pasien dan keluarga.

Dengan pendekatan holistik ini, kawasan Sanur diarahkan menjadi hub kesehatan Asia Tenggara, menyatukan pelayanan medis modern dengan kekayaan budaya dan keindahan alam Bali.

Transformasi kawasan Sanur adalah contoh konkret bagaimana sinergi pemerintah, BUMN, sektor kesehatan, dan investor dapat mewujudkan visi besar, menghadirkan layanan kesehatan unggulan tanpa perlu pergi ke luar negeri.

Indonesia selama ini dikenal lewat kekayaan alam dan budayanya. Namun, dengan KEK Sanur, kesehatan dan kebugaran akan menjadi bagian dari citra pariwisata Indonesia.

Ini juga menjadi langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan Bali pada pariwisata konvensional, yang terbukti rentan saat pandemi melanda. Dengan diversifikasi ini, Bali memiliki sumber ekonomi baru yang lebih stabil dan berorientasi jangka panjang.

Sumber Med.Com.Id, Antara

Artikel Terkait

Scroll to Top