Dr. Ockti Palupi Rahayuningtyas, MPH., MH. - Direktur Utama RSAB Harapan Kita Jakarta

Dr. Ockti Palupi Rahayuningtyas, MPH., MH. – Lahirkan Bayi Tabung Pertama di Indonesia

Share

Ockti menyelesaikan studi kedokterannya pada tahun 2002. Selanjutnya PTT dokter di RS Kariadi selama 3 tahun sebagai dokter Brigade Siaga Bencana (BSB). Pada tahun 2006 ia diterima sebagai PNS di Kementerian Kesehatan dan ditempatkan Kantor Pusat.

Tahun 2016 Ockti dipromosikan eselon 3 ke RS Kanker Dharmais dan selanjutnya diangkat sebagai Direktur Perencanaan Organisasi dan Umum sekaligus Plt. Direktur SDM, Pendidikan dan Penelitian di RS Kanker Dharmais.

Pengalaman tak terduga didapatkan pada waktu menunaikan ibadah haji tahun 2022. Saat itu adalah kali pertama keberangkatan haji dibuka kembali usai Covid 19. Saat perjalanan haji itu, tiba-tiba dia diperintahkan untuk mengikuti bidding jabatan.

Meski bingung, namun perintah itu tetap dilaksanakan. Tak dinyana, sepulang haji, Ockti diangkat menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita.

RSAB Harapan Kita adalah salah satu dari 39 rumah sakit milik Kementerian Kesehatan yang sudah menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Rumah sakit didirikan bertepatan pada peringatan hari Ibu, tanggal 22 Desember 1979 oleh ibu Tien Soeharto.

Ibu negara ini memang memiliki mimpi supaya Indonesia mempunyai rumah sakit yang bisa dibanggakan, sehingga masyarakatnya tidak perlu ke luar negeri untuk melakukan terapi.

Enam tahun kemudian, didirikan pula Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Dua RS itu diharapkan menjadi RS terdepan sesuai bidang spesialisasinya, setidaknya terdepan di Indonesia.

Bayi Tabung Pertama
Harapan itu tak sia-sia, saat tahun 1988, bayi tabung pertama di Indonesia lahir di RSAB Harapan Kita. Nugroho Karyanto adalah bayi tabung pertama di Indonesia yang sejak awal prosesnya dilakukan di RSAB Harapan Kita dan ditangani langsung oleh Prof. Dr. dr. Sudraji Sumapraja, Sp.OG. (K), yang dikenal sebagai Bapak Bayi Tabung Indonesia.

Program bayi tabung hingga saat ini menjadi salah satu layanan unggulan di RSAB Harapan Kita. Bayi tabung pertama tersebut saat ini sudah berusia 37 tahun, sudah menikah dan memiliki dua anak dua.

Nugroho beberapa kali hadir di Klinik Tabung Klinik Melati RSAB Harapan Kita untuk berbagi cerita. Melengkapi layanan bayi tabungnya, RSAB Harapan Kita
meluncurkan layanan terbaru, yakni pemeriksaan genetik pada embrio sebelum ditanam kembali ke rahim ibu.

Dari embrio yang dihasilkan tersebut, dapat dipilih dan di-screening embrio terbaik sehingga akan menghasilkan super baby, bayi sehat dan tidak memiliki
kelainan bawaan.

Proses bayi tabung dilakukan melalui percampuran antara sel telur dan sperma di laboratorium, hingga terjadi embrio. Namun sebelum embrio ini ditanamkan kembali ke rahim, disarankan dilakukan pemeriksaan Preimplementation Genetic Testing for Aneuploidi (PGTA) yang saat ini belum semua RS mampu melakukannya.

Saat ini untuk menjadi dokter yang kompeten melakukan tindakan bayi tabung, seorang dokter spesialis Obsgyn perlu kursus (fellowship) selama 3-6 bulan yang bisa dilakukan di RSAB Harapan Kita.

Namun, bila akan menjadi konsultan atau subspesialis Fertilitas, Endokrinologi dan Reproduksi (FER), seorang dokter Obsgyn perlu waktu 2 tahun lagi untuk meningkatkan keilmuannya.

Khusus untuk program bayi tabung, menurut Ockti, sampai saat ini tidak termasuk dalam paket manfaat asuransi manapun, baik JKN/BPJS maupun asuransi swasta lainnya. Ini disebabkan infertilitas bukan dianggap penyakit dalam regulasi kesehatan di Indonesia.

“Ini clear, baik BPJS maupun asuransi swasta lainnya tidak menanggung. Hanya sebagian kecil saja perusahaan-perusahaan multinasional yang menanggung pegawainya atau pasangannya (spouse) untuk bayi tabung ini Pak, misalnya ya Oil Company.”

Diakui, biaya untuk proses bayi tabung memang tak murah. “Namun di RSAB Harapan Kita, harga paket bayi tabung lebih affordable dibandingkan klinik swasta lainnya. Sekalipun demikian, kami mempunyai peralatan kesehatan yang up to date dengan teknologi modern yang tidak kalah dengan swasta.”

Layanan Unggulan
Meski bukan rumah sakit tertua di Indonesia, namun RSAB Harapan Kita bisa jadi merupakan rumah sakit yang didesain memberikan layanan komprehensif sejak awal pendiriannya.

RS ini memberikan pelayanan secara holistic atau end to end, yakni dari mulai pra kehamilan, dengan mempersiapkan remaja agar kelak siap saat menyambut
kehamilannya, dan menjadi seorang ibu dari anak-anak yang hebat, sampai menopause dan elderly.

“Kami memang mempunyai kekhususan untuk ibu dan anak dengan dengan segala kemajuan teknologi di dalamnya. Kami diakui keunggulannya, karena memang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan sebagai pusat kesehatan ibu dan anak nasional.

Beberapa waktu lalu kami mendapatkan penghargaan dari Global Health Indonesia Award untuk layanan Fetomaternal terbaik di Indonesia Tahun 2025” katanya.

Menteri Kesehatan, menurut Ockti, meminta RSAB Harapan Kita leading untuk layanan bayi tabung. Leading dalam arti rumah sakitnya  menjadi acuan dalam layanan bayi tabung, baik dari segi protokol, standar, dan SOP bagi rumah sakit milik Kemenkes lainnya yang memiliki layanan bayi tabung.

“Pak Menteri itu juga membuat beberapa center yang lain. Kalau center jantung maka semua harus mengikuti Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, demikian juga untuk stroke, harus mengikuti Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, dan kanker mengikuti Dharmais,” katanya.

Kelainan Bawaan
Salah satu layanan unggulan lain di Harapan Kita adalah BIDIC (Birth Defect Integrated Center). Birth defect adalah kelainan bawaan pada bayi, baik berupa anomali struktur atau fungsi organ tubuh yang terjadi sejak di dalam kandungan.

Hingga saat ini kasus Birth Defect berkontribusi terhadap 12.9% kematian neonatal dan 13.8% kematian bayi. Di BIDIC Center ini berkumpul dokter-dokter dari multidisiplin ilmu.

Ada dokter obsgyn subspesialis fetomaternal yang biasa melakukan prenatal diagnostik dan prenatal intervention, termasuk mendiagnosis dan menangani
kelainan-kelainan bawaan.

Dilengkapi dokter anak dengan subspesialis neonatologi yang menangani bayi baru lahir dengan berbagai kelainan. Menurut Ockti, BIDIC juga dilengkapi dengan dokter bedah anak yang bertanggung jawab pada bayi dan anak yang membutuhkan koreksi operatif.

Dokter sitogenetik klinik dan konselor genetika yang mampu melakukan pemeriksaan genetik sejak janin berada dalam kandungan. Dan masih banyak spesialis dan subspesialis yang berkolaborasi demi menghasilkan outcome bayi dengan kelainan bawaan menjadi anak dengan acceptable quality of life.

“Jadi bagaimana kita membuat supaya anak ini bisa mandiri, tidak merepotkan orang lain, ketika dia besar nanti.”

Kelainan bawaan pada bayi hingga saat ini didominasi dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB), di mana angka kejadiannya 8 -10 per 1000 kelahiran hidup. Artinya dari kelahiran bayi di Indonesia ratarata 5 juta per tahun, maka 50.000 di antaranya menderita PJB. Dari 50.000 bayi tersebut, hanya sekitar 5.000 bayi yang dapat ditangani di RS di Indonesia.

Sisanya ada sekitar 45.000 bayi yang kemungkinan (a) sudah terdiagnosis, namun menunggu antrean penanganan di RS, (b) tidak terdiagnosis, atau (c) meninggal sebelum mendapatkan penanganan. Ini adalah tantangan besar untuk menurunkan angka kematian bayi di Indonesia.

BPJS Kesehatan
Masalah pembiayaan pada kasus kelainan bawaan pada bayi, menurut Ockti, cukup challenging. Namun dia mengaku bersyukur karena ada BPJS Kesehatan yang bisa mengcover biaya pengobatan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Meski demikian tidak semua biaya pengobatan yang dicover BPJS itu menguntungkan rumah sakit. Karenanya banyak layanan menimbulkan selisih negatif yang membuat manajemen rumah sakit harus bekerja keras agar RS tetap sehat secara finansial dan bisa terus melayani pasien-pasien lainnya.

Meskipun BPJS menyebut bahwa semua penyakit dijamin oleh BPJS, tetapi ada plafon maksimal yang dapat diberikan untuk sebuah diagnosis.

“Sebagai contoh, ada bayi baru lahir, karena kelainan bawaan harus dirawat di NICU… kadang enggak bisa cuman seminggu, bisa sebulan dua bulan. Plafon BPJS, untuk NICU kalau tidak salah sekitar Rp. 200 juta, sementara jika cukup lama bisa sampai Rp. 400- 500 juta,” katanya.

Selama ini, untuk pasien yang secara finansial benar-benar tidak mampu, RSAB Harapan Kita berusaha membantu, bersinergi dengan organisasi sosial seperti kitabisa.com.

Sedangkan untuk pasien-pasien kanker anak, rumah sakit bekerja sama dengan organisasi atau yayasan yang bergerak di onkologi anak, termasuk rumah singgah-rumah singgah yang disiapkan oleh yayasan-yayasan untuk tempat tinggal transit saat menunggu pelayanan di RS.

Artikel Terkait

Scroll to Top