Meleset dari ramalan pulik tentang posisi terbaru Alexandra Askandar, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk pada Rabu, 26 Maret 2025 lalu,
menetapkan perempuan yang sebelumnya menjabat Wakil Direktur Bank Mandiri itu untuk bisa berlabuh ke bank berlogo kapal dengan tambahan tulisan angka 46 itu.
Sebelumnya Alexandra sempat dirumorkan akan mengisi posisi pucuk di Bank BRI, atau disebut-sebut bakal diplot sebagai kepala eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Di Bank BNI, Alexandra akan menemani Direktur Utama terpilih Putrama Wahju Setyawan, yang sebelumnya menjabat Wakil Direktur Utama Bank BNI. Keduanya akan menakhodai bank yang punya pasar sektor korporat dan perdagangan internasional ini.
Selain itu, ada beberapa posisi yang masih diisi orang lama Bank BNI. Ada bankir karir BNI yang kini menjabat sebagai direktur, seperti Rian Kaslan sebagai Direktur Network & Retail Funding.
Sebelumnya dia menjabat sebagai SEVP Bisnis Digital BNI. Sedangkan di kursi Komisaris, Omar Sjawaldy Anwar ditunjuk sebagai komisaris utama
menggantikan Pradjoto.
Omar sebelumnya memiliki pengalaman sebagai Executive Chairman PT IBM Indonesia Technology dan President Director PT Prudential Syariah Life Assurance.
Banyak Kejutan
Serangkaian Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan perbankan yang tergabung dalam Himpunan Perbankan Milik Negara atau Himbara yang digelar sepekan sebelum lebaran atau pekan ke empat di bulan Maret 2025 ini,
memuat banyak kejutan. Seperti perombakan manajemen BRI hasil dari RUPS yang digelar Senin, 24 Maret 2025 lalu, yang hanya menyisakan hanya beberapa bankir internal.
Misalnya Wakil Direktur Utama Agus Noorsanto yang sebelumnya menjabat Direktur Bisnis Wholesale dan Kelembagaan. Ada juga Direktur Human Capital & Compliance Ahmad Solichin Lutfiyanto yang sebelumnya menjadi Direktur Kepatuhan.
Lalu yang bertahan di jabatan yang sama, Direktur Keuangan & Strategi Viviana Dyah Ayu Retno Kumalasari juga Direktur Micro Akhmad Purwakajaya yang pernah berkiprah sebagai Executive Vice President BRI.
Sebelumnya ia sempat menjabat sebagai Direktur Utama PT Jaminan Kredit Indonesia. Di sisi lain, perombakan di perbankan BUMN ini juga terkesan menjadi rotasi jabatan di antara kursi pucuk pimpinannya.
Seperti di Bank BRI kini malah kebanyakan diisi orang-orang dari Bank Mandiri. dimulai dari pucuk pimpinannya, Hery Gunardi yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Direktur Utama Mandiri, ia juga sempat menempati jabatan Direktur Utama Bank Syariah Mandiri, hingga menjadi Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI.
Direktur Network dan Retail Funding BRI, Aquarius Rudianto juga sempat berkiprah di Bank Mandiri. Ia sebelumnya merupakan Direktur Jaringan & Retail Banking Mandiri.
Direktur Treasury dan International Banking BRI Farida Thamrin juga merupakan bankir Mandiri, sebelum ditunjuk sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Bukit Asam Tbk.
Direktur Commercial Banking BRI Alexander Dippo Paris juga sebelumnya menjabat sebagai Head of SME Banking Group Mandiri. Lalu, terdapat Direktur Consumer Banking BRI Nancy AdityaSari yang pernah menjadi Senior Vice President Commercial Banking Mandiri.
Tetap Bertahan
Meski beberapa direktur utama bank BUMN diganti, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk masih dipegang Nixon L.P Napitupulu. Ia juga tetap dikawal Oni Febriarto Rahardjo sebagai Wakil Direktur Utama Bank BTN.
Nixon tercatat menjadi dirut BTN sejak Maret 2023 atau belum mencapai satu periode. Akan tetapi dia telah berada di kursi direksi BTN sejak Maret 2017. Sementara itu Oni naik menjadi Wadirut BTN bersamaan dengan terpilihnya Nixon memimpin bank yang fokus pada segmen KPR tersebut.
Oni tercatat sudah menjadi Direktur BTN sejak 2015. Kala itu, dia menjabat sebagai direktur commercial banking. Kemudian pada 2020-2023, Oni diberikan amanat untuk menjadi wakil direktur utama Perum Perumnas hingga Maret 2023.
Selain menyegarkan jajaran direksi, pemegang saham menyepakati untuk memangkas jumlah komisaris BTN dari sebelumnya 9 orang menjadi hanya 6 orang, serta mengganti seluruh jajaran komisaris dengan orangorang baru.
Nama-nama baru di jajaran komisaris BTN di antaranya ada Pietra Machreza Paloh yang di angkat menjadi Komisaris Independen. Pietra merupakan keponakan Surya Paloh, pengusaha yang sekaligus Ketua Umum Partai Nasdem.
Selain itu, ada Dirjen Pajak Kemenkeu Suryo Utomo yang diangkat menjadi Komisaris Utama BTN, serta mengangkat Dwi Ary Purnomo Wakil Komisaris Utama BTN.
Lalu ada Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Fahri Hamzah yang diangkat menjadi Komisaris BTN. Serta ada Ida Nuryanti yang diangkat menjadi Komisaris Independen BTN dan Panangian Simanungkalit menjadi Komisaris Independen BTN.
Sama seperti BTN, Bank Mandiri juga tidak mengalami pergantian Direktur Utama. Darmawan Junaidi akan tetap menakhodai Bank Mandiri di periode keduanya.
Sementara dalam RUPS PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) pada Selasa 25 Maret 2025 pemegang saham menyetujui untuk memberhentikan secara hormat Wakil Direktur Alexandra Askandar, dan mengangkat Riduan untuk menggantikan posisinya yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Corporate Banking.
Dalam RUPS juga memberhentikan secara hormat Direktur Kepatuhan dan SDM Agus Dwi Handaya, Direktur Jaringan dan Retail Banking Aquarius Rudianto, Direktur Hubungan Kelembagaan Rohan Hafas, serta Direktur Keuangan dan Strategi Sigit Prastowo.
Pasar Sambut Baik
Perombakan direksi dan komisaris di bank-bank BUMN kali ini bukan sekadar rotasi biasa. Ini merupakan langkah strategis dalam menyesuaikan struktur kepemimpinan dengan kebijakan baru di bawah payung Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara Indonesia.
Dengan komposisi kepemilikan 99% di tangan Danantara dan 1% saham Merah Putih yang dipegang Kementerian BUMN, rotasi ini dinilai krusial dalam membentuk kepemimpinan yang lebih adaptif terhadap arah pengembangan BUMN ke depan.
Para pemegang saham dan publik kini menantikan hasil akhir dari RUPST masing-masing bank, yang akan menentukan wajah baru kepemimpinan perbankan
pelat merah.
Akankah rotasi ini membawa angin segar bagi kinerja bank BUMN? Atau justru memicu gejolak baru di pasar keuangan ? Hal ini memang sudah terjawab di pasar.
Dimana harga saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengalami kenaikan usai direksi di dua bank BUMN tersebut dilakukan pergantian.
Jika melihat pergerakan dua saham bank pelat merah tersebut usai adanya perombakan direksi, terjadi kenaikan. Saham Bank Mandiri atau BMRI pada penutupan perdagangan Selasa, 25 Maret 2025, menguat 280 poin atau 6,28 persen ke level Rp4.740 per saham.
Sepanjang perdagangan, saham BMRI tidak pernah menyentuh zona merah alias menguat terus. Pergerakan di zona hijau juga terjadi pada saham Bank BRI
atau BBRI. Saham BBRI berakhir melonjak 5,26 persen atau 190 poin ke posisi Rp3.800 per saham usai pengumuman pergantian susunan pengelola perusahaan.
Pada Rabu 26 Maret 2025 itu, hampir semua saham bank Himbara mengalami kenaikan di bursa perdagangan keuangan. Dimana saham BBNI tercatat mengalami kenaikan 7,44%; BMRI 7,07%; BBTN 6,71% dan BBRI 5,26%.
Kenaikan ini juga mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 236 poin atau melesat 3,80% ke level 6.472,35 pada penutupan perdagangan, Rabu (26/3/2025).
Sebanyak 531 saham naik, 112 turun, dan 158 saham stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 33,82 triliun yang melibatkan 30,25 miliar dalam 1,11 juta kali transaksi. Seluruh sektor berada di zona hijau. Utilitas dan finansial memimpin dengan penguatan, masing-masing 5,66% dan 5,4%.
Kinerja Danantara
Selain pengumuman direksi baru di perbankan BUMN, Lonjakan IHSG juga dinilai didorong respons positif pasar atas jajaran pengurus BPI Danantara. “Dari 18 nama managing director, semua profesional dan tidak memiliki afiliasi politik,” ujar Kepala Riset Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro dalam risetnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara Rosan Perkasa Roeslani mengumumkan struktur kelembagaan BPI Danantara Indonesia. Rosan memastikan, tim yang dibentuknya telah melalui seleksi yang ketat. Pemilihan namanamanya dibantu oleh headhunter, dari dalam dan luar negeri.
“Kami melakukan interview satu per satu, untuk memastikan tim yang ada ini tidak hanya expert di bidangnya, tetapi juga mempunyai hati yang sama dengan kami. Amanah yang diberikan kepada kami adalah amanah yang sangat luar biasa,” kata Rosan.
Optimisme pasar ini juga menunjukkan ekspektasi positif atas kinerja perbankan BUMN yang juga dikelola profesionalprofesional yang terpercaya. Pengamat perbankan Paul Sutaryono berpendapat, kini tidak semua jabatan Direktur Utama pada bank pemerintah berasal dari Bank Mandiri.
Dia mencontohkan, Dirut BBNI yang diisi oleh eks Wakil Direktur Utama BNI Putrama Wahju Setyawan. Menurutnya, perubahan tersebut merupakan faktor positif bagi industri perbankan dan bahkan bagi pasar modal.
Terpilihnya direktur utama dari orang dalam bank pelat merah dinilai Paul akan mendorong bank lebih maju. “Mengapa? Karena antara direksi dan pegawai sudah memiliki budaya perusahaan (corporate culture) yang sama.
Hal itu sebagai modal untuk maju bersama dalam menyongsong persaingan perbankan yang lebih ketat,” ujar Paul.
Kebijakan Baru
Sedangkan pengamat perbankan & praktisi sistem pembayaran, Arianto Muditomo menambahkan, pasar dan investor memandang pergantian pengurus di seluruh bank Himbara sebagai sinyal dari arah kebijakan baru pemerintah dan potensi perubahan strategi bisnis ke depan.
Meskipun perombakan ini dapat menimbulkan ketidakpastian jangka pendek, Arianto menyebut sebagian investor melihat hal ini sebagai peluang penyegaran kepemimpinan yang dapat mendorong efisiensi, transformasi digital, serta sinergi antar-BUMN keuangan.
“Di sisi lain, pelaku pasar tetap mencermati rekam jejak profesional pengurus baru dan konsistensi kebijakan pemerintah terhadap
penguatan peran Himbara dalam pembiayaan pembangunan dan inklusi keuangan,” kata Arianto.
Komitmen pemerintah untuk tetap melakukan tranparansi dan membiarkan independensi perusahaan keuangan ini memang akan memberikan sentimen yang baik pula bagi pelaku pasar keuangan di Indonesia.
Kini, sentimen sudah berbalik positif seiring dengan beberapa agenda besar yang terjadi sejak akhir bulan Maret 2025. Kini Pemerintah perlu memastikan sentimen itu terjaga dengan tetap membuat kebijakan yang bisa diterima pasar.